What's on your mind?

karena setiap moment sangat berarti.....

dan aku hanya ingin tersenyum ketika membaca celotehan dari moment menyenangkan yang menggelikan, ketika ingatanku sudah tergerus detik waktu ...

He has been proposed me :)

Daisypath - Personal pictureDaisypath Wedding tickers

Senin, 28 Maret 2011

Gara-gara Ayam Kampung di Jendela Ruang ternyaman

I Love Me "DANA LUTHFIANA": Gara-gara Ayam Kampung di Jendela Ruang ternyaman: "Kamu . seperti ayam kampung ! masuk lewat jendela datang ke ruang ternyaman di kehidupan saya, masuk tanpa rasa berdosa, dengan kaki yang ko..."

Saya Belajar dari Sahabat Lama :)


Hari ini saya belajar .
Satu lagi materi baru tentang kehidupan .
Memang benar, selalu ada rahasia dibalik rahasia .
Rahasia dari seorang sahabat lama , yang kebetulan bertemu di suatu acara yang tak direncanakan .

Pertemuan itu, mengalir panjang , dan menghasilkan sebuah hikmah pertama .
Bahwa hidup ini , harus didasari oleh keikhlasan .
Keikhlasan memberi , dan keikhlasan menerima .

Wajahnya digelayuti rona ceria saat sahabat lama itu memulai ceritanya.
Dengan sangat teliti dan sangat rapi ia mengemas tiap track jalan hidupnya,
dan saya terhanyut, mengikuti setiap lekuk bentuk ceritanya , mengalir seperti mendengarkan seuntai dongeng penghantar sebelum tidur.
Akh, tapi saya bukan mau tidur, saya akan mengahadiri acara yang tak terencana sebelumnya..

Senyum itu terkembang, padahal cerita yang dihantarkan sangat pahit . Pahit seperti getah daun antawali pengobat sariawan , lebih pahit dari buah pare yang masih pentil..
Saya bingung, mesti tersenyum atas cerita pahit? Atau harus mengerutkan jidat tanda ikut merasakan kepahitan? Ah.. saya tidak mau bersandiwara, saya biarkan tubuh dan wajah saya ini bergerak semaunya, natural mengikuti apa yang sudah seharusnya memang muncul dari kisahnya .

Ikhlas memberi, yaitu ketika sahabat lama rela memberikan hampir seluruh hasil jerih payah dan peluh keringatnya untuk biaya pendidikan sang kakak. Dan ia tak menikmati banyak dari itu, sebut saja gajinya.

Saya belajar, sahabat lama itu mengubah kepahitan itu berbuah manis . buah manis semanis mangga harum manis , semanis buah rambutan cipelat , atau semanis wajah saya? Ah.. saya takut yang membaca ini protes jika dibandingkan dengan manisnya wajah saya .. hehe

Ia mampu merubahnya , dengan cara yang sangat menggoda , namun sulit untuk di coba . sahabat lama menggunakan hikmah kedua , yaitu, ia tidak akan pernah diam , hanya untuk mengerjakan hal yang tidak ada hasilnya , ia terus bergerak , move , move , mencari , mencoba , dan mengambil hikmah.

Sahabat lama bergerak setiap pagi , melawan dinginya udara yang menggigit kulit dan menusuk tulang , bergerak dari satu rumah ke rumah lain, dari satu gerbang ke gerbang lain , bergerak ditemani seekor kuda jantan bermesin hasil jerih payahnya memutar otak untuk mendapatkan beasiswa, sehingga ia bisa sedikit menyisihkan uang untuk membeli kuda..

Yiakkss. Saya terpaku, beku, lalu darah mengalir deras, membangunkan bulu roma saat mendengar sepenggal kisah bagian ini. Oh my Gosh, bahkan saya tidak pernah tau kapan adzan subuh berkumandang setiap pagi, namun sahabat lama sudah melawan rasa kantuk dan dinginnya udara sisa kekejaman kehidupan ibu kota Jakarta, dengan menjadi loper Koran. Ya, ia (pernah menjadi) loper Koran..

Tidak sampai disitu, ia tidak puas menggunakan hikmah kedua saja, ia berikan hikmah ketiga, bahwa setiap ada kemauan dan niat, maka Tuhan akan selalu memberikan jalan, asal kita mau berusaha.

Sahabat lama memang pernah hampir mengetuk pintu putus asa, karena gagal diterima perguruan tinggi negeri favoritnya, hampir dua tahun mencoba, dan dua kali pula ia gagal bahkan di semua pilihan cadangannya. Sekali lagi, ia bertanggungjawab atas itu, ia berusaha, terus mencari jalan yang mungkin masih disembunyikan Tuhan, dan benar.. sampai pada suatu  hari  ia mendapatkan jalan itu, ia mendapatkan beasiswa di dua perguruan tinggi , negeri .

Tidak sampai disitu, ia juga terus mendapatkan tawaran demi tawaran untuk mengajar, yang dapat menghasilkan cukup pendapatan untuk biaya hidup di Jakarta, bahkan bisa terus menambah teman untuk si kuda, yaitu si laptop.
Subhanallah . .

Ia menggunakan aliansi dari hikmah pertama, sebagai hikmah keempat, ikhlas menerima.
Saat ia terjatuh, ia ikhlas menerima, namun ia tak berputus asa. Ia terus berusaha, dan hasilnya,ia harus ikhlas pula menerima seluruh anugerah dan nikmat Tuhan yang diberikan kepadanya ..

Sudah selesai?
Belum, ia memang benar-benar tidak pernah berhenti bergerak, mungkin ia hanya berhenti bergerak ketika ia tidur, bahkan saya yakin, fikirannya tetap bergerak bahkan di dalam tidur dan di bawah alam sadarnya..

Hikmah terahkir yang ia sampaikan, bahwa proses belajar yang sebenarnya adalah ketika kita mengajarkan ilmu yang kita punya kepada orang lain, disitulah letak proses belajar yang sebenarnya .

Ia memang belum bisa seperti jutawan atau milyarder yang bisa memberikan sumbangan atau beasiswa puluhan juta kepada yang tidak mampu, karena ia memang belum memiliki cukup banyak kemampuan untuk itu , namun ia memiliki cukup banyak kekayaan, kaya hati.

Ia mengilmukan apa yang ia dapat dari apa yang ia pelajari, kepada orang lain, terutama anak-anak sekolah menengah pertama yang ditemuinya di pesantren tempat ia tinggal sekarang. Ya, ia tinggal dipesantren, untuk menghemat biaya hidup, sekaligus untuk bisa memiliki wadah beramal, mangajar kepada anak-anak asuh disana. Bukan hanya ilmu dunia, yang termahal adalah ketika ia bisa mentransfer segala motivasi hidup yang dimilikinya, ia mem-push anak-anak itu untuk bisa mencapai cita-cita yang sudah mereka gantungkan tinggi-tinggi di langit. Cita-cita itu bukan pajangan wahai adik-adikku, bukan untuk hanya dinikmati keindahannya dari bawah. cita-cita itu untuk kalian gapai. Dan kalian butuh alat untuk menggapainya, dan ia memberikan kelima hikmah yang setidaknya pernah ia lakukan untuk dirinya sendiri. Karena kalian tidak akan mampu menggapainya, kecuali kalian meminta tolong pada diri kalian sendiri, orang-orang disekitar kalian, dan meminta tolong kepada yang memiliki diri kalian dan orang-orang disekitar kalian J

Untuk sahabat lama, pertemuan hari ini, sedikit membuka mata saya . tentang perjuangan hidup yang sesungguhnya, mungkin juga ini belum seberapa, tapi setidaknya, kisahmu merupakan tamparan keras untuk saya, cambuk bagi kemalasan saya, saya harus berubah wahai sahabat lama. Dan doakan saya untuk bisa menggapai cita-cita itu . tetaplah menjadi dirimu , sahabat lama .

*Dana Luthfiana*



Jumat, 25 Maret 2011

dia, lo, gue

ada apa sebenarnya??


Untuk kamu yang selalu hadir di dalam hari-hariku, bisakah lebih erat kau memelukku?

Rabu, 23 Maret 2011

Jakarta-Matahari (panas)



Semua bergulir.
Berjalan sesuai track yang sudah di patenkan dari zaman azzali..

Mentari menyapa di pagi hari, menumpahkan pesona keindahan sejuknya alam.
Bersamaan para petani yang beriring berjalan menuju sawah untuk mencangkul nafkah.
Berharap mendapatkan sebongkah berlian dari dalam tanah berlumpur.

Ah, mustahil..
Mereka yang biasa bekerja di pertambangan saja, yang berkutat dengan kekayaan alam nan elok itu, belum tentu dapat memberi makan cacing-cacing di perut mereka, bahkan setelah seharian bergulat dengan kejamnya Jakarta..

Jakarta?
Bukankah mereka di sawah? Bukankah mereka di pelosok desa yang penuh dengan berlian dan intan permata? Pertambangan mungkin namanya..

Oh, aku tau, disebut seperti itu, karena mereka bergulat di tanah liat, lumpur, dan sawah, hanya untuk menukarkan keringat mereka untuk dinikmati oleh makhluk-makhluk kota. Jakarta mungkin namanya.

Mungkin seperti itu, mungkin juga tidak.. yang pasti, rutinitas mengeluarkan rezeki dari perut bumi, mereka lakukan untuk memasukkannya kembali ke perut berisi cacing, lalu mengeluarkannya kembali ke bumi.. dimasukan lagi, dikeluarkan lagi, seperti itu.. bergulir.. setiap pagi.. setiap hari..

(di Jakarta)
Indahnya pagi, tidak lagi terlihat menyenangkan. Bahkan sebagian makhluk Jakarta, menyumpahi dan terus berkeluh kesah ketiga pagi datang.
Banyak alasan; kurang tidur, karena baru saja pulang tengah malam dari mengais rezeki di Jakarta. Malas bertemu bos di kantor, karena makhluk itu hanya bisa memaki, berteriak, dan menuntut saja bisanya. Macet di jalan, karena setiap makhluk Jakarta mengeluarkan mesin beroda tercanggih miliknya untuk menghindari panas dari terik matahari, namun meninggalkan masalah lain, macet.

(Terik matahari membakar kulit),
Matahari tak lagi bersahaja, tak lagi hangat dan ramah, apa karena marah? Marah karena makhluk-makhluk Jakarta (khususnya) tidak lagi peduli dan menaruh kekaguman ketika melihatnya?

Jelas matahari marah, marah terhadap makhluk Jakarta.
Karena temannya mengaduh kepada matahari.
Bumi, air, udara, tumbuhan, hewan, mengaduh bahwa mereka telah tersakiti, tersakiti oleh makhluk. Makhluk di Jakarta katanya.

Matahari marah, mengeluarkan seluruh energinya, mengoptimalkan panas yang dimilikinya, dipancarkan kuat-kuat. Sebagai tanda setia kawan, kepada bumi, air, udara, tumbuhan, dan hewan..

Makhluk Jakarta, sebagian mengerti, mengerti bahwa matahari kecewa. Mengerti bahwa mereka tak seharusnya menyakiti teman-teman matahari. Sebagian sadar, sebagian meminta maaf atas khilafnya.
Namun, sebagian lagi?
Tetap tak mengerti. Masih saja berfikir untuk menghindari matahari, tak peduli dengan polusi yang dihasilkan..

Dan matahari, masih marah.
Sesekali berbaik hati, menyembunyikan diri dibalik teduhnya awan, namun kembali marah, ketika memang harus marah.

Aku juga seperti matahari.
Ingin menghangatkan, tanpa membakar kulitmu.
Menyinarimu sepanjang hari, menemanimu membuat episode demi episode kisah hidupmu..
Bersyukur jika aku, kau libatkan, ikut ke dalam skenario indahmu, atau mungkin, hanya menyebut namaku, disetiap awal kisahmu..

menghantarmu ke penghujung kisah, dengan keelokan merah jingganya diriku yang pergi perlahan di sore hari..

Tapi aku bisa panas.

Panas jika kau menyakitiku.. menyakiti hatiku..
Sungguh aku berusaha, untuk tidak melukaimu, dengan meminta awan, terus mengiringiku saat mengiringimu..

Namun aku hanyalah seperti matahari, dan kamu, makhluk, Jakarta..


@lembagaEksekutif-alone.